
www.trijayanews.com: Bank Indonesia (BI) melakukan intervensi di pasar valuta asing setelah nilai tukar rupiah mencapai titik terendah dalam lima tahun terakhir. Penurunan ini disebabkan oleh kekhawatiran atas pertumbuhan ekonomi yang melambat dan kebijakan fiskal Presiden Prabowo Subianto yang berbiaya tinggi. Indeks saham utama Jakarta turun 7,1%, meskipun kemudian pulih 1%. BI mempertahankan suku bunga acuan di 5,75% dan terus melakukan intervensi pasar untuk mendukung rupiah. Langkah-langkah untuk meningkatkan kepercayaan pasar termasuk memungkinkan perusahaan membeli kembali saham tanpa persetujuan pemegang saham.
Pentingnya Memperkuat Peran Bank Indonesia untuk Mendukung Pertumbuhan Ekonomi
Mukhamad Misbakhun, ketua komite parlemen utama, menekankan perlunya memperkuat peran Bank Indonesia (BI) untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi 8% pada tahun 2029. Saat ini, pertumbuhan ekonomi Indonesia sekitar 5%. Langkah-langkah yang dibahas termasuk meningkatkan peran kementerian keuangan dan bank sentral. Misbakhun menekankan pentingnya menggabungkan kebijakan fiskal dan moneter untuk kemajuan ekonomi yang lebih kuat. Meskipun tidak merinci bagaimana peran BI akan ditingkatkan, diskusi sedang berlangsung mengenai hal ini. Reuters
Peluncuran Danantara: Dana Pembangunan Negara untuk Privatisasi Aset BUMN
Presiden Prabowo Subianto meluncurkan Danantara, dana pembangunan negara senilai $20 miliar yang bertujuan untuk memprivatisasi aset-aset BUMN. Dana ini dirancang untuk mengelola kekayaan melalui investasi strategis di berbagai sektor, termasuk energi terbarukan, manufaktur maju, dan infrastruktur tanpa bergantung pada pembiayaan eksternal. Peluncuran ini mengikuti protes nasional yang menanggapi pemotongan anggaran signifikan oleh Prabowo untuk mendukung program makanan sekolah gratis dan dana kekayaan baru. Inisiatif ini bertujuan untuk meningkatkan ekonomi Indonesia secara berkelanjutan dan inklusif, meskipun ada kekhawatiran tentang risiko salah kelola dan potensi korupsi. Financial Times+4The Australian+4Wikipedia+4
Dampak Tarif AS terhadap Ekspor Tekstil dan Karet Indonesia
Ekonom Darmo Wicaksono dan Illinia Ayudhia Riyadi membahas dampak tarif yang diberlakukan AS terhadap industri tekstil dan karet Indonesia. Penutupan Sritex, produsen tekstil besar di Asia Tenggara, menyoroti kerentanan tekstil Indonesia terhadap tekanan pasar eksternal. Tarif AS pada tekstil Tiongkok menyebabkan surplus yang dialihkan ke pasar lain seperti Indonesia, meningkatkan persaingan dan menekan margin keuntungan. Demikian pula, eksportir karet Indonesia menderita karena tarif pada produk karet Tiongkok menyebabkan kenaikan biaya dan penurunan permintaan. Untuk mengatasi efek ini, Indonesia harus mendiversifikasi pasar ekspornya, meningkatkan kualitas produk dan daya saing, mendukung industri domestik, dan memperbaiki infrastruktur perdagangan. Financial Times
Catatan: Informasi di atas disusun berdasarkan berita terbaru hingga tanggal 22 Maret 2025.